Setelah Ramadhan Berlalu
"Tidak akan Pernah Kembali Hari-hari yang Telah Berlalu". Ungkapan ini
mungkin cukup sederhana bagi kita, bahkan anak-anakpun tahu dan mengerti
kalau hari-hari yang telah dilewatinya tidak akan pernah terulang dan
kembali lagi seperti semula. Yang ada tinggal kenangan dan kenikmatan bagi
siapa saja yang menghabiskan hari-harinya untuk sesuatu yang indah dan
penuh makna. Dan yang ada hanyalah penyesalan dan kesedihan yang mungkin
tak terlupakan bagi siapa saja yang menjalani hari-harinya untuk sesuatu
yang sia-sia dan penuh dosa. Dan yang ada.. dan yang ada.. dan seterusnya.
Tentunya bagi seorang mukmin waktu merupakan sebuah kesempatan yang
berharga untuk beramal dan berinvestasi sebanyak-banyaknya yang tidak akan
pernah ia sia-siakan begitu saja. Sehingga ia selalu berupaya untuk mengisi
lembaran-lembaran hidupnya dengan sesuatu yang mendatangkan keridhaan dan
kecintaan Allah subhanahu wata'ala. Sebagaimana dia tahu Rasulullah
shallallahu'alaihi wasallam bersabda, "Di antara kesempurnaan (kebaikan)
Islam seseorang adalah meninggal kan sesuatu yang tidak berguna bagi
dirinya." (HR. at-Timidzi, dishahihkan oleh al-Albany)
Kalau hari-hari yang biasa dia jalani ia manfaatkan dengan sebaik mungkin,
maka apalagi jika ia berada di hari-hari yang di dalamnya terdapat
bonus-bonus dan 'seabrek' keistimewaan yang disediakan dan begitu
menjanjikan. Tentunya tak sedikit pun ia sisakan waktunya kecuali untuk
mengejar dan meraih semua bonus-bonus dan keistimewaan nan menggiurkan
tersebut. Dia akan tampak agresif dan siap bersaing serta berupaya sekuat
tenaga mengungguli rival-rivalnya demi sebuah prestasi yang akan diraih.
Allah subhanahu wata'ala berfirman, artinya,
"Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu
berada pasti Allah subhanahu wata'ala akan mengumpulkan kamu sekalian (pada
hari Kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS.
al-Baqarah:148)
Hari-hari yang indah dan didambakan itu, kini telah datang kepada kita,
hari-hari di dalam bulan yang sangat istimewa di mata Sang Pemiliknya dan
bagi siapa pun yang mengetahui keistimewaannya. Ia merupakan tamu nan agung
yang selalu dinanti-nanti oleh semua orang yang merindukannya. Dia adalah
bulan Ramadhan bulan rahmah, bulan maghfirah, bulan berkah, bulan sabar,
bulan Qur'an, bulan shadaqah, bulan pendidikan dan madrasah orang-orang
yang beriman. Pada bulan itu dilipat-gandakan pahala atas setiap amalan
yang dikerjakan di dalamnya. Dan masih banyak lagi nama-nama yang indah
untuknya yang tak bisa disebutkan, sesuai dengan banyaknya kebaikan dan
keutamaan di dalamnya.
Allah subhanahu wata'ala berfirman, artinya,
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permula an) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang bathil)." (QS. al-Baqarah: 185)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah shallallahu'alaihi
wasallam bersabda, "Telah datang kepada kalian bulan suci Ramadhan, bulan
yang penuh berkah, Allah subhanahu wata'ala telah mewajibkan kalian
berpuasa Ramadhan, Pada bulan ini pintu-pintu langit dibuka dan pintu-pintu
jahannam ditutup, tangan-tangan syetan dibelunggu, dan di dalamnya terdapat
satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, maka barangsiapa yang
dijauhkan (diharamkan) dari kebaikannya, maka benar-benar telah dijauhkan."
(HR. an-Nasa'i)
Wahai hamba-hamba Allah subhanahu wata'ala yang haus akan pengabdian dan
ketaatan kepada-Nya, jangan biarkan ia berlalu dan lewat begitu saja di
depan mata. Cukuplah Ramadhan yang lalu menjadi pelajaran dan sekaligus
penyesalan yang nyata, karena telah menyia-nyiakan kesempatan yang ada,
yang telah Allah subhanahu wata'ala anugerahkan kepada kita dengan hanya
membawa sedikit dari sekian banyak dan berlimpah ruahnya kebaikan-kebaikan
yang tersedia. Atau boleh jadi tidak sedikit pun pahala yang terbawa karena
banyak amalan utama yang tak terjaga dan hilang dengan sia-sia.
Allah subhanahu wata'ala berfirman, artinya,
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah subhanahu wata'ala
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah subhanahu wata'ala,
sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah
subhanahu wata'ala, lalu Allah subhanahu wata'ala menjadikan mereka lupa
kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS.
al-Hasyr:18-19)
Wahai saudara-saudaraku, pernahkah kita berpikir kalau Ramadhan ini adalah
Ramadhan terakhir yang Allah subhanahu wata'ala taqdirkan buat kita, maka
apa yang kita akan perbuat di dalamnya?
Seseorang yang tahu kalau hidupnya akan berakhir saat itu, pastinya dia
akan menyiapkan segala bekalnya dengan sebaik dan sesempurna mungkin. Maka
dia akan menjadikan Ramadhannya kali ini menjadi Ramadhan terbaik dan
berkualitas dari sebelumnya.
Tentunya untuk menjadikan Ramadhan agar lebih baik dan berkualitas,
dibutuhkan persiapan yang ekstra serius dan sungguh-sungguh. Khususnya yang
lebih diprioritaskan adalah menyiapkan ilmu-ilmu syar'i seputar Ramadhan
itu sendiri (Red: Berilmu sebelum berucap dan berbuat). Sehingga dengan
bekal tersebut betul-betul seseorang akan menjalani ramadhan nya dengan
Iman dan ihtisab (hanya mengharap pahala dan ridha Allah subhanahu wata'ala
semata), Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa
berpuasa Ramadhan karena iman dan hanya mengharap pahala dari Allah
subhanahu wata'ala (ihtisab), niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu". (Muttafaq'alaih).
Dalam hadits beliau yang lain, "Barangsiapa mendirikan sholat malam
Ramadhan (tarawih) karena iman dan hanya mengharap pahala dari Allah
subhanahu wata'ala (ihtisab), niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu". (Muttafaq'alaih)
Dan ibadahnya yang dijalani selama sebulan penuh menjadi ibadah yang maqbul
(diterima oleh Allah subhanahu wata'ala) karena semata-mata melaksanakan
perintah Allah subhanahu wata'ala melalui tuntunan Rasul-Nya. Rasulullah
shallallahu'alaihi wasallam bersabda, "Barang siapa yang beramal
(beribadah) yang tidak ada perintah dari kami, maka ibadahnya tertolak."
(HR. Muslim)
Bukan hanya itu saja yang akan diterima olehnya, Allah subhanahu wata'ala
akan memasukkannya ke dalam hamba-hamba-Nya yang bertaqwa (al-Muttaqun),
karena tujuan disyariat kannya puasa Ramadhan itu sendiri adalah agar orang
yang melaksana kan berbgai macam ibadah di dalamnya menjadi hamba-hamba
Allah subhanahu wata'ala yang bertaqwa yang tidak ada balasannya kecuali
surga untuknya. Amin. Sebagaimana firman Nya, artinya,
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa."(QS.
al-Baqarah:183)
Allah subhanahu wata'ala juga telah berfirman, artinya, "Dan bersegera lah
kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit
dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa." (QS. Ali
Imran:133)
Waassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh
source : www.alsofwah.or.id
Read more...
<< Home