Menghadapi Percobaan Hidup
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (153)
"Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
[99] Ada pula yang mengartikan: mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan
sabar dan shalat.
Menghadapi Percobaan Hidup
Maksud ini adalah maksud yang besar. Suatu cita-cita yang tinggi.
Menegakkan kalimat Allah, memancarkan tonggak tauhid dalam alam.
Membanteras perhambaan diri kepada yang selain Allah.
Apabila langkah ini telah dimulai, halangannya pasti banyak, jalannya pasti
sukar. Bertambah mulia dan tinggi yang dituju, bertambah sukarlah dihadapi.
Oleh sebab itu dia meminta semangat baja, hati yang teguh dan
pengorbanan-pengorbanan yang tidak mengenal lelah. Betapapun mulianya
cita-cita, kalau hati tidak teguh dan tidak ada ketahanan, tidaklah maksud
akan tercapai.
Nabi-nabi yang dahulu daripada Muhammad SAW semuanya telah menempuh jalan
itu dan semuanya menghadapi kesulitan.
Kemenangan mereka hanya pada kesabaran.
Maka kamu orang yang telah menyatakan iman kepada Muhammad wajiblah sabar,
sabar menderita, sabar menunggu hasilnya apa yang dicita-citakan. Jangan
gelisah tetapi hendaklah tetap hati.
Sampai seratus kali kalimat sabar tersebut dalam Al Quran.
Hanya dengan sabar orang dapat mencapai apa yang dimaksud.
Hanya dengan sabar orang bisa mencapai derajat iman dalam perjuangan.
Hanya dengan sabar menyampaikan nasihat kepada orang yang lalai.
Hanya dengan sabar kebenaran dapat ditegakkan.
Lebih 25 tahun Ya'kub sabar menunggu pulang anaknya yang hilang, sampai
berputih mata, akhirnya anaknya Yusuf kembali juga.
Tujuh tahun Yusuf menderita penjara karena fitnah, dengan sabarnya dia
jalani nasibnya, akhirnya dia dipanggil buat menjadi Menteri Besar.
Bertahun Ayub menderita penyakit, sehingga tersisih dari anak istri,
akhirnya penyakitnya disembuhkan Tuhan dan setelah pulang ke ruamh
didapatinya anak yang 10 telah menjadi 20, karena semua sudah kawin dan
sudah beranak pula.
Ibrahim dapat menyempurnakan kalimat-kalimat ujian Tuhan karena sabar.
Demikianlah Musa dengan Bani Israil.
Ismail membangun angkatan Arab yang baru.
Isa Almasih dengan Hawariyin semuanya dengan sabar.
Ada nabi yang nyaris kena hukuman karena tidak sabar, yaitu Nabi Yunus.
Ditinggalkannya kaumnya karena seruannya tidak diperdulian. Maka buat
melatih jiwa dia ditakdirkan masuk perut ikan beberapa hari lamanya. Tetapi
keluar dari sana dia membangun diri lagi dengan kesabaran.
Sebab itu sabarlah perbentengan diri yang amat teguh.
Sabar memang berat dan sabar memanglah tidak terasa apa faedahnya jika
bahaya dan kesulitan belum datang. Apabila datang suatu marabahaya atau
suatu musibah dengan tiba-tiba, dengan tidak disangka-sangka, memang
timbullah perjuangan dalam batin. Perjuangan yang amat hebat. Tarik menarik
di anatra kegelisahan dengan ketenangan.
Kita gelisah, namun hati kecil kita sendiri tidaklah senang akan
kegelisahan itu. Suatu waktu orang yang belum juga menang ketenangannya
atas kegelisahannya bisa memandang gelap hidup ini, sehingga dari sangat
gelapnya mau rasanya mati saja.
Mungkin dengan mati, kesulitan itu akan habis, lalu dia membunuh diri.
Sudah kita katakan, hati kecil yang di dalam tidaklah suka kegelisahan itu.
Maka hati kecil kita yang di dalam itulah yang harus ditenangkan. Sebab itu
dalam saat yang demikian sabar tadi tidak boelh dipisahkan dengan shalat!
Ingat Tuhan! Hati kecil yang telah dikepung oleh kegelisahan dan kekacauan
itu harus dibebaskan dari kepungan itu. Lepaskan dia menghadap Tuhan,
Allahu Akbar! Allah Maha Besar!
Mengapa aku mesti gelisah? Padahal buruk dan baik adalah giliran mana yang
pasti atas diriku, bukankah dahulu dari ini aku disenangkan-Nya? Mengapa
aku demikian bodoh, sampai terangan-angan dalam perasaan hendak membunuh
diri? Bukankah dengan membunuh diri keadaanku di akhirat, di seberang maut
itu, akan lebih lagi menghadapi kemurkaan Tuhan?
Allahu Akbar! Allah Maha Besar!
Segala urusan dunia ini adalah kecil belaka.
Kesulitan yang aku hadapipun soal kecil saja bagi Tuhan, akupun akan
memandangnya kesulitan yang kecil saja. Aku memandangnya soal besar, sebab
aku tidak insaf bahwa jiwaku kecil.
Aku gelisah lantaran kesulitan. Aku mesti mencari di mana sebabnya,
kemudian ketahuanlah sebabnya. Yaitu ada sesuatu selain Allah yang mengikat
hatiku. Mungkin harta benda, mungkin kemegahan dunia, mungkin pangkat dan
kedudukan dan mungkin juga yang lain. Sehingga aku lupa sama sekali tujuan
hidupku yang sebenarnya, yaitu Tuhan dengan keredhaanNya, sebab itu mesti
shalat.
Maka apabila ketenangan telah diperteguh dengan shalat, kemenangan pastilah
datang.
Sabar dan shalat, keduanya mesti sejalan.
Apabila kedua resep ini telah dipakai dengan setia dan yakin, kita akan
merasa bahwa kian lama hijab (dinding) kian terbuka. Berangsur-angsur jiwa
kita terlepas dari belenggu kesulitan itu sebab Tuhan telah berdaulat dalam
hati kita.
Waktu itupun baru kita ketahui bahwa kitra terjatuh ke dalam kesulitan
tadi, ialah karena pengaruh yang lain telah masuk ke dalam jiwa, terutama
syaitan, yang ingin sekali kita hancur.
Maka berangsurlah naik sari cahaya iman kepada wajah. Barulah berarti
kembali segala ayat-ayat yang kita baca, sampai huruf-huruf dan baris dan
titiknya.
Kita telah kuat kembali dan kita telah tegak. Kita telah mendapat satu
kekayaan, yang langit dan bumipun tidak seimbang buat menilai harganya. Di
sinilah terasa ujung ayat: "Sesungguhnya Allah adalah beserta orang-orang
yang sabar."
(ujung ayat 153)
Apakah yang engkau takutkan dalam hidup ini, kalau Allah telah menjamin
bahwa Dia ada beserta engkau?
Orang yang ditiimpa oleh suatu percobaan yang membuat jiwa jadi gelisah,
kemudian berpegang teguh kepada ayat ini, membentengi diri dengan sabar dan
sholat, dengan berangsur timbullah fajar harapan dalam hidupnya. Kelihatan
dari luar dia dalam kesepian, padahal dia merasa ramai, sebab dia bersama
Tuhan. Belenggu biar dipasang pada tangannya, namun jiwanya merasa bebas.
Pagar besi membatasi jasmaninya dengan dunia luar, tetapi ayat-ayat Al
Quran membawa jiwanya membumbung naik melintas ruang angkasa dalam dia
mengerjakan sholat.
Lantaran ini ketakutanpun hilanglah dan keberanian timbul.
Kalau mati dalam menegakkan cita-cita, ataupun terbunuh, hati bimbang tidak
ada lagi. Sebab bagi orang yang telah merasa dirinya dekat dengan Allah,
batas di antara hidup dengan mati tidak ada lagi.
Hidup itu sendiri tidak ada artinya kalau jauh dari Tuhan.
Sumber:
Tafsir Al Azhar
Prof. Dr. Hamka
Read more...
<< Home