We Are Nothing
Minggu pagi, 18 Juni 2006, saya tampil mengisi seminar motivasi
di Banda Aceh. Seminar ini merupakan rangkaian road show saya yang
bertema Inspiring The Spirit Of Life. Di dalam negeri, road show ini
telah berlangsung di 12 kota besar. Sedangkan di negeri orang, road
show ini pernah dilangsungkan di Hongkong dan Macau. Di setiap kota,
road show ini pasti dibanjiri peserta. Bahkan panitia harus meminta
petugas hotel untuk menambah jumlah kursi demi mengakomodir
membludaknya peserta.
Saya selalu berusaha menyiapkan segala sesuatunya sesempurna
mungkin. Begitu pula ketika di Banda Aceh. Satu hari sebelumnya saya
melakukan gladi resik dan memastikan jumlah peserta yang hadir.
Persiapan semua sudah oke. Semua kursi sudah di pesan oleh peserta.
Sayapun menyiapkan materi agar sesuai dengan kebutuhan dan budaya
masyarakat Aceh. Malam itu saya memiliki keyakinan bahwa acara di
Aceh akan berlangsung sangat sempurna.
Namun fakta berbicara lain. Sejak Sabtu malam hujan mengguyur kota
Banda Aceh dan tak berhenti barang sejenak bahkan hingga saya
meninggalkan Banda Aceh Minggu sore. Alhasil, acara yang dijadwalkan
pukul 09.00 baru bisa dimulai pukul 10.30. Jumlah perserta yang
hadir hanya 80-an. Jauh dari yang saya perkirakan.
Tentu saya sangat kecewa. Persiapan yang sudah saya lakukan secara
matang seolah tak berarti. Waktu dan tenaga yang telah saya sisihkan
terasa kurang sebanding dengan manfaat yang seharusnya diterima
masyarakat Aceh. Keinginan untuk berbagi ilmu dengan masyarakat Aceh
sedikit terganggu. Peserta yang hadir hanya 30% dari yang
direncanakan. Kekecewaan saya agak terobati karena diantara deretan
peserta yang hadir ada rekan kuliah S-1 dan S-2 saya di IPB, hadir
pula guru micro finance saya. Apalagi para dosen dan teman-teman
dari BRR di Banda Aceh juga memberi apresiasi yang luar biasa.
Usai acara saya merenung. Ternyata kita hanya bisa merencanakan.
Ada hal-hal yang diluar kendali kita. Mungkin saya sebelumnya merasa
sombong. Merasa hebat. Merasa bisa tampil luar biasa. Namun hari itu
saya memperoleh pelajaran bahwa saya bukanlah siapa-siapa. Kita
masih sangat tergantung dengan Yang Maha Kuasa. Kita harus sadar
bahwa kekuatan Sang Penguasa Alam tak bisa kita lawan. Kita juga
harus sadar bahwa semua karunia yang kita miliki adalah pemberian
dari Sang Maha Pengasih. Tugas kita, memanfaatkan karunia yang telah
diberikan itu dengan tetap mengharap pertolongan dan perlindungan
dari Sang Maha Penyanyang.
Pikiran saya pun melayang akan peristiwa tenggelamnya kapal
Titanic pada 1912. Para perancang kapal itu dengan sombong
berkata, "Tuhan pun tak akan bisa menenggelamkan kapal ini." Namun
apa yang terjadi, hanya karena menabrak bongkahan gunung es kapal
pesiar terbesar dan termewah yang pernah dibuat ketika itu pun
karam.
Tahun 1980-an kita dikejutkan dengan peristiwa tragis yang menimpa
pesawat ulang alik Challenger. Siapa yang menyangka pesawat yang
dirancang dan dibuat dengan teknologi canggih itu meledak di udara
dan menewaskan seluruh awaknya, tak lama setelah ia meluncur
meninggalkan landasan.
Di dalam kehidupan bermasyarakat kita seringkali menemukan hal
serupa. Kita pernah mendengar, melalui media massa tentunya, salah
satu partai politik mengelu-elukan bupati Bantul. Sang Bupati, Idham
Samawi, dianggap berhasil membangun Bantul dan bisa dijadikan
teladan oleh pemimpin daerah lain. Namun hanya dengan goncangan
gempa berkekuatan 5.9 skala richter selama 59 detik kota Bantul
porak poranda. Sang Bupati pun tak mampu berbuat apa-apa.
Berbagai musibah yang menimpa negeri ini boleh jadi merupakan buah
kesombongan kita. Kita melupakan keberadaan Sang Pencipta. Kita
merasa hebat hanya dengan beberapa prestasi saja. Kita merasa
menjadi hero hanya dengan sedikit kelebihan dibandingkan yang lain.
Terkadang, kita pun merasa mampu berbuat banyak prestasi tanpa
campur tangan Tuhan. Padahal sesungguhnya, sejujurnya, kita bukan
apa-apa dan bukan siapa-siapa. We are nothing.
Keterangan Penulis:
Jamil Azzaini adalah Inspirator, Senior Trainer dan penulis buku
Best Seller KUBIK LEADERSHIP; Solusi Esensial Meraih Sukses dan
Kemuliaan Hidup.
Read more...
<< Home