Who links to my website?
Photobucket

Wednesday, March 01, 2006

Mengingat Allah di Mana Saja

Berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu
beruntung. (QS Al Anfal [8]: 45).

Saudaraku, masalah terbesar yang kita hadapi adalah jauh dari Allah, jarang
mengingat Allah, dan "dikuasainya" hati kita oleh sesuatu selain Allah.
Inilah masalah yang akan mendatangkan banyak masalah lainnya. Saat jauh dari
Allah, maka kita akan leluasa berbuat maksiat. Tidak ada lagi rasa malu.
Tidak ada lagi rasa diawasi oleh Allah, sehingga tidak ada lagi yang
mengendalikan perilaku kita. Maksiat inilah yang kemudian melahirkan
ketidaktenangan, kehinaan, dan kesengsaraan hidup.

Karena itu, hal penting yang harus kita lakukan adalah mengukur intensitas
ingat kita kepada Allah. Dalam 24 jam, berapa jam kita ingat kepada Allah.
Ketika shalat apakah kita ingat Allah. Ketika makan apakah kita ingat Allah.
Atau ketika hendak tidur apakah kita ingat Allah. Ketika nama Allah
mendominasi hidup kita, maka hidup kita akan tenang, terpelihara dari
maksiat, mulia, dan berkedudukan tinggi. Semakin kita ingat kepada Allah,
maka semakin sering pula Allah mengingat kita.

Dan, orang yang paling banyak mengingat Allah, maka ia akan menjadi orang
yang paling "diingat" Allah. Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang ingin
mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka hendaknya memperhatikan
bagaimana kedudukan Allah dalam hatinya. Maka sesungguhnya Allah menepatkan
hamba-Nya, sebagaimana hamba itu menempatkan Allah dalam jiwanya (hatinya)".

Selalu mengingat Allah (dzikrullah) adalah senjata paling ampuh untuk
mengekang hawa nafsu dan menumpulkan tipu daya syetan. Apa pun yang syetan
lakukan, tidak akan mampu menggelincirkan manusia yang hatinya selalu
berdzikir kepada Allah. Para malaikat akan menaunginya. Dan keberuntungan
akan selalu menyertainya. Difirmankan, ''Berteguh hatilah kamu dan sebutlah
(nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.'' (QS Al Anfal [8]: 45)

Ada sebuah kisah. Suatu hari Rasulullah SAW duduk bersama Abu Bakar Ash
Shiddiq. Tak lama berselang datanglah seorang lelaki yang menghina dan
menjelek-jelekkan Abu Bakar. Awalnya, Abu Bakar tidak menanggapi orang
tersebut. Ia tetap tenang. Rasulullah SAW pun tidak beranjak dari tempatnya.
Lama-kelamaan Abu Bakar kesal, ia mulai membalas hinaan orang tersebut.
Melihat hal ini, Rasulullah SAW segera pergi tanpa mengucapkan sepatah kata
pun. Abu Bakar merasa malu. Ia segera mengejar Rasulullah SAW. "Wahai Rasul,
mengapa saat aku dijelek-jelekkan dan tak membalas engkau diam; namun ketika
aku membalasnya, engkau pergi?" Rasulullah SAW menjawab, "Ketahuilah, saat
engkau diam, aku melihat para malaikat mengelilingimu. Namun, saat engkau
membalas, aku melihat para malaikat pergi dan setan pun mengerubungimu".

Saudaraku, dekat dengan Allah adalah kunci kebahagiaan dalam hidup. Maka,
sesibuk apa pun kita, nama Allah harus selalu terpatri di hati kita. Sebelum
kerja, luruskan niat kita hanya untuk Allah, selama kerja ingatlah Allah,
selesai kerja tawakallah kepada Allah.

Bila hidup terasa hampa dan sulit mendapatkan ketenangan, kita harus
berusaha untuk lebih banyak mendengar, membaca, dan berbicara tentang Allah.
Usahakan rumah kita, tempat kerja kita, atau pergaulan kita harus dapat
mengingatkan kita pada Allah SWT. Sebab: ''Ingatlah, hanya dengan mengingat
Allah-lah hati menjadi tenteram.'' (QS Ar Ra'd [13]: 28). Wallahu a'lam
bish-shawab.

Penulis : KH Abdullah Gymnastiar
Read more...