Antara Agresif, Pasrah Dan Proaktif
Antara Agresif, Pasrah Dan Proaktif
Jodoh adalah rahasia Allah swt, yang kadang tak terduga datangnya.
Dalam masa 'penantian' yang tak kunjung datang, seorang akhwat dapat
memilih untuk bertindak yang sesuai dengan keinginannya. Ada tiga
bentuk sikap yang bisa dilakukan oleh para muslimah dalam masa
penantian ini, yakni; agresif, pasrah dan proaktif.
Karena terlalu cemas, ada sebagian yang memilih untuk bersikap
agresif. Melakukan pendekatan kepada siapapun yang dianggap potensial
untuk menjadi pasangan hidup dengan berbagai cara. Kadang tanpa
perduli norma dan aturan agama. Sikap ini ini bisa 'membahayakan' bagi
seorang perempuan. Karena ketergesa-gesaannya bisa berakibat tidak
baik. Misalnya saja dia tidak akan selektif dalam memilih siapa calon
suaminya. Kriteria-kriteria suami idaman pun kabur tertiup oleh
desakan-desakan keluarganya. Akibat yang paling buruk dari sikap ini
adalah timbul penyesalan dikemudian hari. Tumbuhnya kekecewaan pada
pasangan karena tidak terlalu mengenal karakternya yang berujung pada
perceraian. Naudzubillah min dzalik !
Sikap kedua adalah sikap pasrah, sikap ini biasanya memiliki alasan, "
ya.daripada jadi perawan tua, lebih baik saya terima." Ada mungkin
sebagian akhwat yang berfikir demikian, atau akan berfikir demikian.
Biasanya ia tidak kuat menahan desakan orang tua atau keluarganya.
Karena orang tua tidak ingin melihat anaknya menjadi perawan tua, maka
ia mencarikan jodoh buat anaknya. Seandainya orang tua memahami betul
criteria-kriteria seorang suami yang sholeh, maka hal ini tentunya
baik bagi si gadis, akan tetapi akan menjadi permasalahan yang serius
ketika orang tuanya asal mencarikan laki-laki yang menjadi calon
pasangan anaknya.
Kebanyakan orang tua sekarang pertimbangannya sangat pragmatis. Dia
mencari jodoh buat anaknya dengan hanya menggunakan pertimbangan
materi. Sehingga laki-laki yang dianggap berkecukupan, memiliki
pekerjaan tetap maka dia layak jadi menantunya. Pertimbangan agama
sama sekali dikesampingkan.
Dalam hal inilah sang akhwat dalam posisi dilematis. Untuk menolak
jelas tidak mungkin, karena dia tidak punya alternative. Untuk
menerima terasa berat, karena laki-laki yang dibawa orang tuanya
sangat jauh dari criteria suami idamannya. Akhirnya dengan berat hati
ia menerima laki-laki itu sebagai suaminya.
Pilihan yang paling cocok saat 'penantian' bagi akhwat adalah sikap
proaktif. Bersikap proaktif bukan berarti pasrah tanpa usaha sama
sekali, namun bukan pula bertindak tanpa perhitungan dan pertimbangan.
Sikap proaktif ituberarti berdoa sekaligus melakukan upaya yang
dibenarkan agama untuk merealisasikan doa tersebut.
Ada sebagian akhwat yang berpendapat, " kalau memang jodoh merupakan
bagian dari takdir Allah, mengapa kita harus mengejarnya? Bila sudah
takdir pasti akan datang sendiri?" saya kira ini lah kekeliruan logika
sebagian manusia. Allah telah menetapkan takdir bagi kita para
hambaNya. Yang mengetahui takdir hanya Allah semata, kita tidak tahu
bagaimana nasib kita besok. Ketika kita tidak tahu takdir yang akan
kita terima, sedang kita diperintah untuk melakukan kebaikan maka kita
sebagai mukmin harus memilih jenis perbuatan yang baik.
Kita sebagai manusia dianugerahi akal dan pikiran. Disamping itu kita
juga diberi hak ikhtiar (berusaha). Kita juga diberi pedoman berupa Al
Qur'an dan As Sunnah, sehingga bisa membedakan kebaikan dan keburukan.
Dengan begitu kita justru dituntut untuk berusaha dan beramal. Wallahu
a'lam bishshowab
---------
(dikutip dari mencari cinta, didik H-Yogya 2004)
<< Home