Who links to my website?
Photobucket

Friday, January 27, 2006

Mencintai Itu Keputusan


Mencintai Itu Keputusan Lelaki tua menjelang 80-an itu
menatap istrinya. Lekat-lekat. Nanar. Gadis itu masih terlalu belia.
Baru saja mekar. Ini bukan persekutuan yang mudah. Tapi ia sudah
memutuskan untuk mencintainya. Sebentar kemudian ia pun
berkata, "Kamu kaget melihat semua ubanku? Percayalah! Hanya kebaikan
yang akan kamu temui disini." Itulah kalimat pertama Utsman bin Affan
ketika menyambut istri terakhirnya dari Syam, Naila. Selanjutnya
adalah bukti.
Sebab cinta adalah kata lain dari memberi..sebab memberi adalah
pekerjaan..sebab pekerjaan cinta dalam siklus memperhatikan,
menumbuhkan, merawat dan melindungi itu berat..sebab pekerjaan berat
itu harus ditunaikan dalam waktu lama..sebab pekerjaan berat dalam
waktu lama begitu hanya mungkin dilakukan oleh mereka yang memiliki
kepribadian kuat dan tangguh..maka setiap orang hendaklah berhati-
hati saat ia akan mengatakan,"Aku mencintaimu." Kepada siapa pun!
Sebab itu adalah keputusan besar. Ada taruhan kepribadian disitu."Aku
mencintaimu,"adalah ungkapan lain dari ,"Aku ingin memberimu sesuatu,
aku akan memperhatikan dirimu dan semua situasimu untuk mengetahui
apa yang kamu butuhkan untuk tumbuh menjadi lebih baik dan
bahagia..aku akan bekerja keras untuk memfasilitasi dirimu agar bisa
tumbuh semaksimal mungkin..aku akan merawat dengan segenap kasih
sayangku proses pertumbuhan dirimu melalui kebajikan harian yang akan
kulakukan padamu.." Taruhannya adalah kepercayaan orang yang kita
cintai terhadap integritas kepribadian kita. "Aku mencintaimu"
merupakan deklarasi jiwa bukan saja tentang rasa suka dan
ketertarikan, tapi terutama tentang kesiapan dan kemampuan memberi,
kesiapan dan kemampuan berkorban, kesiapan dan kemampuan melakukan
pekerjaan-pekerjaan cinta: memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan
melindungi. Sekali deklarasi cinta tidak terbukti, kepercayaan hilang
lenyap. Tidak ada cinta tanpa kepercayaan. Begitulah bersama waktu
suami atau istri kehilangan kepercayaan kepada pasangannya. Atau anak
kehilangan kepercayaan kepada orang tuanya, atau rakyat kehilangan
kepercayaan kepada pemimpinnya. Semua dalam satu situasi: cinta yang
tidak terbukti. Ini yang menjelaskan mengapa cinta yang terasa begitu
panas membara di awal hubungan lantas jadi redup dan padam pada tahun
kedua, ketiga dan seterusnya. Dan tiba-tiba saja perkawinan bubar,
persahabatan berakhir, keluarga berantakan, atau pemimpin jatuh
karena tidak dipercaya rakyatnya.
Jalan hidup kita biasanya tidak linear. Tidak juga seterusnya
pendakian. Atau penurunan. Karena itu konteks di mana pekerjaan-
pekerjaan cinta dilakukan tidak selalu kondusif secara emosional.
Tapi disitulah tantangannya: membuktikan ketulusan di tengah situasi-
situasi sulit. Disitu konsistensi teruji, disitu juga integritas
terbukti. Sebab mereka yang bisa mengejawantahkan cinta di tengah
situasi yang sulit, jauh lebih bisa membuktikannya dalam situasi yang
longgar. Mereka yang dicintai dengan cara begitu, biasanya merasakan
bahwa hati dan jiwanya penuh seluruh. Bahagia sebahagia-bahagianya.
Puas sepuas-puasnya. Sampai tak ada tempat bagi yang
lain.
Read more...